Pernikahan Adat Masyarakat Belitung

Sabtu, 26 September 2009

Belitung adalah kabupaten kepulauan yang dikelilingi hampir 200 pulau besar dan kecil. Sejak akhir tahun 2000, kabupaten berpenduduk lebih dari 2 ratus ribu jiwa ini menjadi bagian dari propinsi Bangka Belitung. Beragam etnis hidup berdampingan di kawasan yang memiliki panorama indah ini.

belitungKesenian rakyat Belitung umumnya berbau Melayu, dengan menggabungkan tradisi sebelum dan sesudah masuknya Islam ke daerah ini. Kentalnya budaya Melayu amat terasa pada upacara pernikahan adat setempat. Hari itu, keluarga Madani. Warga asli Belitung, akan mengawinkan puteri sulungnya Riani dengan seorang pria pujaan hati.

Dalam adat Belitung, tak harus seorang wanita yang dilamar, saat menjelang perkawinannya. Bisa saja, prialah yang dilamar oleh calon pendamping hidupnya. Hal ini menandakan masyarakat Belitung selalu luwes dalam memandang anggota masyarakatnya. Tidak mesti pria yang dominan dibanding perempuan, ataupun sebaliknya. Semuanya diselesaikan melalui kesepakatan kedua belah pihak.

Pelaksanaan upacara pernikahan adat Belitung biasanya membutuhkan waktu 3 hari 3 malam. Bahkan bisa mencapai 7 hari 7 malam. Hari pertama, adalah saatnya mengetuk pintu. Pada hari pertama ini calon pengantin pria tidak menyertakan kedua orang tuanya. Sang mempelai didampingi oleh saudara ayah atau ibu. Rombongan mempelai pria tidak lantas begitu saja masuk ke dalam rumah. Ada 3 pintu yang harus mereka lewati. Berebut lawang, demikian istilah yang dikenal di Belitung.

Di pintu pertama ini, sebaris pantun diucap rombongan tamu. Sebaris pantun pula dibalas tuan rumah, diwakili tukang tanak, orang yang memasak nasi. Tak habis sebaris, pantunpun berlanjut. Intinya adalah menyampaikan maksud kedatangan rombongan tamu yang didengarkan oleh tukang tanak. Namun bukan berarti rintangan sudah usai. Masih ada 2 pintu lagi yang harus dilalui rombongan mempelai pria.

Di pintu kedua, kali ini mereka harus berhadapan dengan Pengulu Gawai, yang merupakan pemimpin hajatan. Berbalas pantun kembali dijalin. Pengulu gawaipun menanyakan maksud kedatangan rombongan tamu. Dua pintu telah dilalui, namun belumlah cukup. Masih tersisa satu lagi. Yang terakhir, pintu ketiga dikawal Mak Inang, seorang juru rias pengantin.

Mak Inang menanyakan barang bawaan atau sire rombongan tamu yang hendak meminang. Dengan sire berarti keluarga besar rombongan tamu mempunyai niat mengikat tali persaudaraan. Lewat pintu ini, barulah lega rombongan tamu. Hantaran dan tipak yang dibawa rombongan tamupun beralih tangan. Seperangkat tempat sirih lengkap, yang menyimpan 17 macam barang, menggambarkan jumlah rakaat shalat dalam 1 hari, kini di tangan tuan rumah.

Demikian pula dengan sejumlah uang, yang berkelipatan lima. Angka lima melambangkan jumlah shalat wajib bagi kaum muslim. Sang pengantin pria, akhirnya dipertemukan dengan pujaan hati, yang segera akan dinikahinya. Akad nikahpun digelar. Hari kedua, saat bejamu, lebih menyiratkan rasa persaudaraan dua keluarga yang telah dipersatukan ini. Di hari kedua, orang tua pengantin pria yang selama ini diwakilkan barulah muncul, dipertemukan dengan pihak keluarga dan orang tua pengantin wanita. Peran Mak Inang, begitu sangat terasa di hari kedua ini.

Bahkan bisa dibilang sangat mendominasi. Ia harus memandu serangkaian adat Belitung. Seperti saling tukar kue. Memiliki makna, mertua harus ingat akan menantunya, demikian pula sebaliknya. Namun demikian, pesta belumlah usai. Masih ada hari ketiga. Pasangan pengantin, dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Mandik besimbor istilahnya. Merekapun menginjak telur.

Cukup mengagetkan, saat pengantin ini berlari ke arah pelaminan. Gurauan umum beredar siapa yang mencapai pelaminan terlebih dahulu dialah yang mengatur roda kehidupan keluarganya kelak.(Idh) sumber Indosiar.com

35 pemikiran pada “Pernikahan Adat Masyarakat Belitung

  1. 🙂 Wah… lengkap… Memang sih, pernikahan di daerah Pulau Belitung memang sedikit lebih ‘padat acaranya’ di bandingkan di daerah Pulau Bangka nya…

    Paling tidak, di Bangka sendiri… acara berbalas pantunnya tidak ada lagi… Jadi jauh lebih sederhana dibandingkan di Belitung 🙂

    Salam hormat saya,

    Rizal
    (Bangka Belitung)

  2. Yenny

    Asyiiik….akhirnya adat ini masih bisa dinikmati….

    Tapi saya perlu adat Belitung kalau sunatan, bisa bantu nggak lengkap dengan pernak perniknya dalam bentuk gambar/foto, tararengkiu ya dah dikasih info…..

  3. Alustrina

    Sorry mau tanya,
    Paket Pelaminan Belitung dan prosesi pernikahan Adat Belitung itu dmn yaa sy dapatkan?
    Mohon info…
    thanks

  4. Wah, mantap tuh… mari kita lestarikan budaya daerah… daripada pake adat luar negeri kayaknya sih bosan ngeliatnya… oke untuk dokumentasi hubungi kami ya?

    marito comptech -wedding videography surabaya-
    T. 03170253852, H. 08563036852
    see our advs. PRICE LIST at :
    MANTEN EROPA
    http://jasa-pernikahan.blogspot.com/2010/09/price-list-manten-eropa-2010.html
    MANTEN JAWA
    http://jasa-pernikahan.blogspot.com/2010/09/price-list-manten-jawa-2010.html
    KASET MINIDV PANASONIC BARU @ Rp. 16.000,- (80.000/BOX)
    KIRIM GRATIS AREA SURABAYA (minimum Pengambilan 1BOX)
    TAGS: VIDEOGRAPHY, EDIT VIDEO SHOOTING, PHOTOGRAPHY, PREWEDDING, PAKET DOKUMENTASI PERNIKAHAN, PERKAWINAN, JASA PERNIKAHAN, LIVE VIDEOGRAPHY, HARGA MURAH, KUALITAS TERJAMIN.

  5. Dewi L.U. Kadarsan

    Kami berasal dari adat Jawa, namun dalam waktu dekat ini kami akan meminang seorang wanita yg berasal dari Belitung. Oleh karena itu kami mencari info utk acara seserahannya. Yang terlintas dlm pikiran kami adalah menggabungkan seserahan adat Jawa & Belitung. Dari artikel diatas disebutkan “Seperangkat tempat sirih lengkap berisi 17 macam barang”. Kl boleh tau apa saja ya isinya? Dan mungkin ada saran2 yg bisa kami ikuti? Terima kasih utk info & bantuan saran2nya.

Tinggalkan Balasan ke DeFOC-0926 Batalkan balasan