Tradisi Pernikahan Adat Betawi

Selasa, 8 September 2009

betawiPernikahan ala betawi bagi kampung kukusan, kampung sawah, kampung cipedak masih sering ditemukan walau dibeberapa kegiatan sudah banyak yang diabaikan. Untuk itu mari para abang none yang tergabung dalam Forkabi, Forkot, Betawi Rembug, Perbekut dan anggota komunitas muda betawi lainnya untuk bersama menyimak saduran dari swaberita.com agar budaya adat nikah ala betawi kembali ke hitahnya, semoga sekecil apapun yang kita lakukan menjadi catatan tersendiri bagi penerus nanti.

24-04-08 : 12.53

Masyarakat Betawi memiliki sejarah panjang sebagaimana terbentuknya kota Jakarta sebagai tempat domisili asalnya. Sebagai sebuah kota dagang yang ramai, Sunda Kelapa, nama Jakarta tempo dulu, disinggahi oleh berbagai suku bangsa.

Penggalan budaya Arab, India, Cina, Sunda, Jawa, Eropa, Melayu dan sebagainya seakan berbaur menjadi bagian dari karakteristik kebudayaan Betawi yang kita kenal kini. Singkat kata, tradisi budaya Betawi laksana ‘campursari’ dari beragam budaya dan elemen etnik masa silam yang secara utuh menjadi budaya Betawi kini.

Suku Betawi sangat mencintai kesenian, salah satu ciri khas kesenian mereka yaitu Tanjidor yang dilatar belakangi dari budaya belanda, selain itu betawi memiliki kesenian keroncong tugu yang dilatar belakangi dari budaya Portugis-Arab, kesenian gambang kromong yang dilatar belakangi dari budaya cina. Selain kesenian yang selalu ditampilkan dengan penuh kemeriahan, tata cara pernikahan budaya betawi juga sangat meriah.

Untuk adat prosesi pernikahan betawi, ada banyak serangkaian prosesi. Didahului masa perkenalan melalui “Mak Comblang”. Dilanjutkan lamaran, pingitan, upacara siraman. Prosesi potong cuntung atau ngerik bulu kalong dengan uang logam yang diapit lalu digunting. Kemudian dilanjutkan dengan malam pacar, malam dimana mempelai wanita memerahkan kuku kaki dan tangannya dengan pacar. Puncak adat betawi adalah Akad nikah.

Tradisi Meriah

Meriah dan penuh warna-warni, demikian gambaran dari tradisi pernikahan adat Betawi. Diiringi suara petasan, rombongan keluarga mempelai pria berjalan memasuki depan rumah kediaman mempelai wanita sambil diiringi oleh ondel-ondel, tanjidor serta marawis (rombongan pemain rebana menggunakan bahasa arab). Mempelai pria berjalan sambil menuntun kambing yang merupakan ciri khas keluarga betawi dari Tanah Abang.

Sesampainya didepan rumah terlebih dulu diadakan prosesi “Buka Palang Pintu”, berupa berbalas pantun dan Adu Silat antara wakil dari keluarga pria dan wakil dari keluarga wanita. Prosesi tersebut dimaksudkan sebagai ujian bagi mempelai pria sebelum diterima sebagai calon suami yang akan menjadi pelindung bagi mempelai wanita sang pujaan hati. Uniknya, dalam setiap petarungan silat, pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan calon pengantin pria.

Prosesi Akad Nikah

Pada saat akad nikah, rombongan mempelai pria memberikan hantaran berupa :

  1. Sirih, gambir, pala, kapur dan pinang artinya segala pahit, getir, dan manisnya kehidupan rumah tangga harus dijalani bersama antara suami dan istri.
  2. Maket Mesjid, maksudnya adalah agar mempelai wanita tidak lupa akan kewajibannya kepada agama dan harus menjalani shalat serta mengaji.
  3. Kekudung, berupa barang kesukaan mempelai wanita misalnya salak condet, jamblang, dan sebagainya.
  4. Mahar atau mas kawin dari pihak pria untuk diberikan kepada mempelai wanita.
  5. Pesalinan berupa pakaian wanita seperti kebaya encim, kain batik, kosmetik, sepasang roti buaya. Buaya merupakan pasangan yang abadi dan tidak berpoligami serta selalu mencari makan bersama-sama.
  6. Petise yang berisi sayur mayur atau bahan mentah untuk pesta, misal : wortel, kentang, bihun, buncis dan sebagainya.

Acara berlanjut dengan pelaksanaan akad nikah. Yang kemudian dilanjutkan dengan penjemputan pengantin wanita. Selanjutnya, kedua pengantin dinaikkan ke dalam sebuah delman yang sudah dihias dengan masing-masing seorang pengiring. Delman tersebut ditutupi dengan kain pelekat hitam sehingga tidak kelihatan dari luar. Akan tetapi, dengan kain pelekat hitam yang ditempelkan pada delman, maka orang-orang mengetahui bahwa ada pengantin yang akan pergi ke penghulu.

Pernikahan

Pada hari pesta pernikahan, baik pengantin pria maupun pengantin wanita, mengenakan pakaian kebesaran pengantin dan dihias. Dari gaya pakaian pengantin Betawi, ada dua budaya asing yang melekat dalam prosesi pernikahan. Pengantin pria dipengaruhi budaya Arab. Sedangkan busana pengantin wanita dipengaruhi adat Tionghoa. Demikian pula dengan musik yang meramaikan pesta pernikahan.

(sumber : dari berbagai sumber) Sumber Asli

22 pemikiran pada “Tradisi Pernikahan Adat Betawi

  1. yusupman

    Satu tradisi budaya tradisioal yang perlu dipertahankan,sbg bangsa multi budaya mestinya bangga,kaya budaya kaya akan pemikiran wujud bangsa yang cerdas ya pak..

    1. zipoer7

      Betul sekali komentarnya, sayang semakin jarang abang none yang berpikir classic mereka cenderung berpikira instant yang penting saya terima nikahnya dan kawinnya……
      terima kasih sobat atas apresiasi yang diberikan

  2. Assalamu’alaikum,
    Alhamdulillah, saya senang Bapak memposting tulisan ini, karena kebetulan saya orang Betawi. Ohya Pak, bila tidak keberatan saya ingin tukeran link dgn Bapak, mohon konfirmasinya.Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya di blog saya. (Dewi Yana)

  3. endangkusman

    Sepertinya adat Betawi lebih unik dari adat suku lainnya. Yang sangat dominan perbedaannya adalah adanya perbauran budaya betawi dengan budaya bangsa lain seperti arab, cina dll.

    o ya dik Zipoer kalo mau bikin frame blogrol DISINI, tapi manual.

    1. zipoer7

      Betawi dari muasalnya memang kolaborasi bangsa-bangsa arab dan cina sehingga istiadatnya seperti dalam busana mirip-mirip saudagar arab dan wanitanya mirip bangsawan china
      Terima kasih om atas apresiasi yang diberikan

  4. Kalau saya menghadiri pesta pernikahan betawi, yang pasti saya liat adalah masang petasan, rame banget….Semoga tradisi adat di Indonesia tidak terlupakan karena perkembangan jaman yang semakin modern.

  5. Siti Fatimah Ahmad

    Assalaamu’alaikum

    Salam kenal dan terima kasih kerana sudi berziarah ke laman saya. Laman ini banyak memberi informasi berhubung dengan perkahwinan budaya setempat. Sungguh menarik dan mengkagumkan. ternyata pelbagai etnik dalam sesebuah bangsa mampu mengeratkan keindahan budaya yang dapat dikongsikan bersama. blog yang punya identiti tersendiri. teruskan untuk berkongsi cerita tentang sesuatu kebudayaan yang munkin jarang dilihat di tempat lain. Salam mesra dari Malaysia.

  6. sekali lagi postingan tentang adat pernikahan yang tidak saya ketahui sebelumnya..
    sungguh ilmu budaya yang penuh manfaat..
    saya menjadi semakin sadar betapa banyaknya budaya Indonesia yang terpendam..
    salam rimba raya lestari…

  7. Ping-balik: Ritual Ngaben di Bali « Batavusqu

  8. wahyu

    bang ane mau tanya kalau yang nama’a d pingit ( tunangan ) batas waktu’a berapa lama ya?
    ap 3 bulan atau lebih?
    gtu aj bang dari ane
    assalamualaikum warohmatulloh

  9. Ping-balik: Dari betawi mengukir diri « Batavusqu

  10. Ping-balik: Tradisi Palang Pintu | Batavusqu

Tinggalkan komentar