Puisi diri

Salam Takzim

Sahabat dan pembaca batavusqu yang berbudi

Lewat penggalan bait menuju akhir pekan perkenankan batavusqu menulis sebuah puisi saat kesendirian mendera, semoga tidak terhanyut apalagi dicontoh.

Keheningan diri

Angin begitu lembut menyapa
Dingin mendera kulit keriput
Tak sadar usiaqu merenta
Hening ikut pula menghanyut

Saat qugores satu kalimat
Sisa tinta tersendat sendat
Walau kalimat tak tergurat
Aqu tetap bersemangat

Walau mental masih semangat
Mencoba melawan sebuah qodrat
Namun fisik tak mampu berdiri
Apalah daya melawan Illahi

Qu tahu usiaqu sekarat
Raga yang siap menunggu
Hadirnya sang Malaikat
Untuk menjemput jiwaqu

Sayup terdengar suara panggilan
Jasmani meregang tanpa kesiapan
Suara bukan lagi sayup terdengar
Hanya Ruhani yang mampu mendengar

Suara menyapa siapkah engkau Ruh
Jasad semakin meregang galau
Suara kembali teriak lantang RUH
Ruh senyum tanpa risau

Akhir hidup bukan akhir hayat
Karena dunia sekepal tangan
Akhir hayat bukan akhir masa
Alam Akhirat alam kekekalan

Qu tengok cermin kusamqu
Qu tengok mizan miringqu
Qu buka helai catatan
Penuh dengan kesalahan

Leleh air tak terbendung
Mengalir perlahan di pipi
Air yang tak pernah dimimpi
Mengalir tanpa renung.

Andai masih ada peluang
Kan kuhimpun kebaikan
Andai diberi kesempatan
Tuhan terimalah Taubatqu

Karyaqu tanpa Batavus

  Tercoret bukan untuk dihujat, apalagi disikat namun semata untuk mengingat

——————————————————————————————————————————————————

Salam Takzim Batavusqu

|Puisi diri|Kedasyatan ngeblog|Senjata adat papua|Kopetisi tenaga laboran|4 Senjata adat suku Jambi|Foto-foto Kopdar|Kopdar yang membawa berkah|Musik Rakyat|Catatan buat sahabat|Perjalanan lucu besepeda|Blog Susindra Berbagi|Review curhat sang presiden|Review D-D|Ikut memeriahkan lomba yuk|Pengumuman yang terlambat|Suku dayak yang membumi|Hari bersih menuju hari sehat|copot label hiatus|Hiatus|Reportase aktivitas|Bedog senjata suku Baduy|Keris senjata adat jawa|Yang Tersurat|Yang tersirat|Award itu begitu menggoda|Award itu begitu mengembun|Kopdar dengan Kang Sedjatee|Hari Pendidikan|Renungan dihari buruh|

22 pemikiran pada “Puisi diri

  1. Rasanya baru kemarin melihat pelangi,,
    namun sekarang sudah melihat pelangi (lagi)
    dalam waktu dan ruang yg berbeda..
    hehehhehe..
    selamat pagi ms..
    wah, seneng aq main kesini
    ada musiknya asyikkk..
    caiya..caiyya…
    salam takzim mas..

  2. Semoga diberi kesempatan menikmati masa tua sebelum dipanggil. Amin.
    Rasa-rasanya pak Isro belum setua itu, ya? tapi tetep… nice puisi dan penuh peringatan.

  3. arhsa

    salam.
    subhanallah.

    ini puisi sepertinya sebagai syarah sastra Mas Zipoer7 untuk Hadits Rasulullah: أكثروا ذكر هادم اللذات (perbanyaklah mengingat sipemutus kenikmatan -kematian-)

    terima kasih Mas, telah mengingatkan.

    ia hadir tanpa dikejar
    ia datang tanpa diundang
    ia menyelinap kedalam sukma
    dan raga terbaring dikeranda
    isak tangis tak memberi garansi
    harta benta tak menjadi suaka
    hanya amal… sekali lagi amal

    esok ia akan bertamu
    padaku atau padamumu

  4. Saleum,
    Indah puisinya, dalem maknanya… turut larut dalam untaian kalimat tersebut. semoga masih sempat bertobat sebelum datang si maut
    saleum dmilano

  5. Ping-balik: Ilmu dan Iman « Batavusqu

  6. Ping-balik: Penghargaan untuk Sahabat « Batavusqu

  7. aku hanya ingin tanya. sajaknya bagus, tapi kurang esensinya ketika pakde meletakkan “Qu”. kurang sedap aja dipandang. ini menurutku lo ya. kadang-kadang aku juga masih sering banyak salah dalam menulis. salam hangat. salam blogger pakde.

Tinggalkan komentar