Salam Takzim
Sahabat dan pembaca batavusqu yang berbudaya
Sesuai dengan keinginan untuk tetap menyajikan postingan budaya Indonesia, perkenankan kembali batavusqu mengajak waktu santai sahabat untuk menyaksikan sebuah upacara adat dari daerah Lombok Nusa Tenggara Barat. Upacara ini merupakan agenda rutin masyarakat adat suku Sasak, suku asli pulau Lombok Tengah bagian Selatan, tepatnya pada masyarakat Pujut, sebuah kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Lombok Tengah.
Festival Bau Nyale ini diadakan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama yang biasanya sekitar bulan Februari / Maret. Nyale adalah sejenis cacing laut yang biasa hidup di dasar air laut, seperti di lubang-lubang batu karang. Bau dari bahasa Sasak yang berarti menangkap, sedangkan nyale sejenis cacing laut (Anelida) yang hidup dilubang-lubang batu karang di bawah permukaan laut.
Tradisi menangkap Nyale (BAU NYALE) dipercayai timbul akibat pengaruh keadaan alam dan pola kehidupan masyarakat tani yang mempunyai kepercayaan yang mendasar akan kebesaran Tuhan, menciptakan alam dgn segala isinya termasuk binatang sejenis Anelida yang disebut Nyale. Kemunculannya nyale ini di pantai Lombok Selatan yang ditandai dengan keajaiban alam dipercayai sebagai rahmat Tuhan atas mahluk ini.
Beberapa waktu sebelum nyale keluar, ditandai dengan hujan deras di malam hari yang diselingi kilat dan petir yang menggelegar disertai angin yang sangat kencang (hujan angin). Malam menjelang nyale keluar, hujan angin reda lalu berganti dengan hujan rintik-rintik. Suasana menjadi demikian tenang. Pada dini hari, nyale mulai terlihat bergulung-gulung bersama ombak yang gemuruh memecah pantai, secepat itu nyale berangsur-angsur lenyap dari permukaan laut bersama dengan fajar menyingsing dari ufuk timur.
Upacara Bau Nyale sudah menjadi tradisi masyarakat setempat yang sulit untuk ditinggalkan, sebab mereka meyakini bahwa upacara ini memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat (bahaya) bagi orang yang meremehkannya.
Acara inti dalam festival ini adalah menangkap nyale yang hanya muncul setahun sekali di beberapa lokasi tertentu di Pantai Selatan Pulau Lombok. Nyale akan muncul pada pertengahan malam hingga menjelang subuh.
Sumber naskah dan foto saya dulang dari sini, mohon maap karena saya bukan asli suku Sasak 🙂
Seperti biasa tersaji bukan untuk dipuji apalagi dicaci namun semata hanya untuk diketahui
Baca juga upacara adat yang telah dipublish
- Upacara adat suku Tengger
- Upacara adat Turun Tanah di Jawa Tengah
- Upacara adat Turun Tanah di Aceh
- Upacara adat Turun Tanah di Madura
- Upacara adat Turun Tanah di Cirebon
- Upacara adat Pemotongan Rambut Gimbal di Wonosobo
- Upacara adat Ngaben di Bali
- Upacara adat Aruh baharin di Kalimantan Selatan
- Upacara adat Perang Obor di Jepara
- Upacara adat Perang sapu lidi di Maluku
- Upacara adat Kasad di Tengger
- Upacara adat Pasola1 di Nusa Tenggara Timur
- Upacara adat Pasola2 di Nusa Tenggara Timur
——————————————————————————————————————————————————
Salam Takzim Batavusqu
|Upacara Adat Bau Nyale1|Upacara Adat Pasola2|Upacara Adat Pasola Sumba1|Warung Blogger|
nambah ilmu terus yah klo mampir di sini 🙂
terima kasih mas Isro …
btw, saya penasaran, apakah mas Isro sudah pernah menyaksikan langsung semua atau sebagian upacara adat yang dituliskan di sini?
jika iya, patutlah saya mengiri 😀
kalau gak salah saya pernah lihat tayangan tradisi ini di sebuha stasiun tv swasta. Unik juga.
>>>Nitip pesan buat semua:
Saya ada tantangan buat para blogger Indonesia, ki. Yang siap bisa langsung ceck TKP di blog saya.
Insya Allah kang
bertambah lagi wawasan dari sini,,,
pertanyaannya Nyale itu apa yah? ikankah?? 😀
Adakah kejadian nyata yang diyakini sebagai akibat dari meremehkan upacara ini?
iiih itu cacing banyak sekali pak
Bhineka tunggal Ika ,,
upacara adat lagi ya…
fokusnya untuk seminggu ini lombok terus ya…
ada ndak suku Muna?
*Baca postingan sambil dengar chaiya-chaiya dan ngebayangin Briptu Norman goyang :D*
Trus setelah ditangkap, cacing2 itu mau diapain tuh, Mas? *geli liat cacing*
seru klo rame2 gitu mah.
Saleum,
satu kampung tumpah ruah nyerbu ke laut, wow… kayak pasar ya bang. 🙂
pertanyaan saya sama seperti mbak Dewifatma, cacing itu diapain sesudah didapat bang?
saleum dmilano
blognya benar-benar menambah wawasan saya akan budaya indonesia pak… 😀
Ping-balik: Upacara Adat Bau Nyale2 « Batavusqu
Ping-balik: Profesi pemerhati lingkungan hidup « Batavusqu
alhamdulillah, selalu saja mendapatkan sesuatu yg baru bila berkunjung kesini, Mas 🙂
terimakasih Mas Isro krn telah berbagi
dan, si nyale ini kalau sudah ditangkap , terus diapakan Mas?
apakah dimasak/dimakan gitu?
salam
Ping-balik: Upacara adat tiwah « Batavusqu
Ping-balik: Kolaborasi angka dan huruf « Batavusqu
Ping-balik: Angka dan huruf merupakan perpaduan kode « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat Molonthalo1 « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat Molonthalo2 « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat Mappassili « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat Mandi Tian Mandaring « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat Mandi Bunting « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat 7 bulanan di Aceh « Batavusqu
Ping-balik: Model Onthelis tempo doeloe « Batavusqu
Ping-balik: Award dari Kang Indra Kusuma Sejati « Batavusqu
Ping-balik: Upacara Adat Tingkeban « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat Mitoni « Batavusqu
Ping-balik: Ngontel neng petogogan « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat khitanan masyarakat Betawi « Batavusqu
Ping-balik: Tradisi khitanan masyarakat sunda « Batavusqu
Ping-balik: Peringatan HUT Kota Jakarta « Batavusqu
Ping-balik: Tradisi khitanan masyarakat Tengger « Batavusqu
Ping-balik: Tradisi khitanan masyarakat Demak « Batavusqu
Ping-balik: Tradisi khitanan bagi Masyarakat Bajo « Batavusqu
Ping-balik: Tradisi khitanan masyarakat Bugis « Batavusqu
Ping-balik: Tradisi Khitanan masyarakat Aceh1 « Batavusqu
Ping-balik: Tradisi khitanan masyarakat Aceh2 « Batavusqu