Tradisi Aruh Baharin 1

Senin, 8 Pebruari 2010

Salam Takzim

Sahabat dan pembaca batavusqu yang berbudi

Lama sekali masalah budaya terganjal dengan segala aktivitas dan keseharian saya, sehingga di awal hari ini perkenankan saya menghaturkan maap yang sedalam-dalamnya, atas tertundanya sahabat untuk mengetahui atau mengingat kembali budaya nusantara yang Insya Allah akan terus saya gaungkan. 

Dengan harapan sederhana semoga budaya-budaya yang ada dinusantara tidak diklaim oleh orang luar, seperti tari pendet. Kali ini saya mengajak sahabat ke provinsi Kalsel tempat kelahiran abah saya, dan ini diinspirasi dari sepupu saya yang tinggal di peleuhari Kalsel. Ritual Aruh Baharin, kembali tersaji bukan untuk dipuji apalagi dihina, namun untuk menjaga budaya negeri sendiri.

Bagi sebagian masyarakat di Nusantara, terutama bagi mereka yang menggantungkan hidupnya dari bertani padi, musim panen adalah salah satu momen yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Selain bermakna ekonomi, musim panen padi juga mengandung makna spritual. Oleh sebab itu, sebagian masyarakat menggelar ritual-ritual tertentu atau upacara-upacara khusus sebelum atau sesudah musim panen padi tiba. Salah satunya adalah upacara adat Aruh Baharin yang digelar oleh masyarakat Dayak yang berdomisili di Desa Kapul, Kecamatan Halongan, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. Biasanya, upacara dipusatkan di balai adat, rumah adat, atau di tempat-tempat khusus yang sengaja dibuat untuk keperluan upacara adat Aruh Baharin.

Pada awalnya, Aruh Baharin merupakan upacara adat yang dihelat oleh masyarakat Dayak Halongan pemeluk agama Kaharingan (agama suku Dayak) setelah musim panen padi ladang (pahumaan) usai. Tujuan digelarnya upacara ini adalah sebagai perwujudan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas hasil panen padi ladang yang melimpah, sekaligus penghormatan terhadap arwah leluhur yang diyakini senantiasa melindungi mereka dari berbagai marabahaya. Mereka meyakini, beras hasil panen (baras hanyar) belum boleh dimakan, sebelum upacara adat tersebut dilaksanakan.

Namun dalam perkembangan selanjutnya, upacara adat yang diwariskan secara turun-temurun ini juga digunakan untuk mensyukuri hasil usaha lainnya, seperti berdagang, beternak, nelayan, dan lain sebagainya. Begitu pula pelaksanaannya, yang tidak hanya diikuti oleh masyarakat Dayak pemeluk agama Kaharingan, tapi juga diikuti oleh pemeluk dari berbagai agama yang terdapat di Desa Kapul. Bahkan, upacara adat ini juga dihadiri oleh masyarakat yang berada di sekitar Desa Kapul, serta tokoh masyarakat dan pemuka adat dari kabupaten dan provinsi lain di Pulau Kalimantan yang sengaja diundang untuk menghadiri upacara ini.

Biasanya, pada upacara yang digelar selama tujuh hari tujuh malam berturut-turut ini disembelih beberapa ekor kerbau, kambing, dan ayam. Upacara adat tersebut juga dilengkapi dengan berbagai keperluan-keperluan lainnya, baik yang berkaitan dengan kebutuhan pihak penyelenggara maupun yang berhubungan dengan kelengkapan upacara itu sendiri, yang mana membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Agar tidak terlalu memberatkan, biaya untuk pelaksanaan upacara ini ditanggung bersama oleh kelompok masyarakat adat yang terdapat di Desa Kapul. Di desa tersebut terdapat tiga kelompok masyarakat adat, di mana setiap kelompok adat biasanya terdiri dari 25 sampai 30 kepala keluarga. Selain itu, untuk meringankan pihak penyelenggara, upacara adat Aruh Baharin belakangan ini digelar tiga tahun sekali dan bahkan lima tahun sekali.

Sumber foto : http://cahayarahman.com/

—————————————————————————————————————————————-

Salam Takzim Batavusqu

|warisan Telukabessy|1 Suro di Cirebon||1 Suro di Tuban|Kado|Gunung Kemukus|Rambu Solo|Hari Ibu|Ritual Ngaben|Ritual Gimbal|Natal|Natal Tante Alexa|Zipoer7 VS Batavusqu|Tradisi Bayi Turun Tanah 1|Tradisi Bayi Turun Tanah 2|Tradisi Bayi Turun Tanah 3|Tradisi Bayi Turun Tanah 4||Tradisi Bayi Turun Tanah 5|Ada kutu di WordPress|Kutu Bikin Gatel|9 Hari Pertama|Pengantar Puasa Senin Kamis|Ritual Puasa Senin Kamis 1|Ritual Puasa Senin Kamis 2|Ritual Puasa Senin Kamis 3 (habis)|KutuBacaBuku Di Batavusqu|Informasi Senjata Gratisss|Golok bukan Go! Blog|Kujang; Ajimat Raja Pasundan|Artikel Terunik Pertama Di Leysbook|Rencong Milik Aceh|Kode Etik Blogger|Celurit di mata Carok|Hadiah Terunik akhirnya Terbit|Ceria bersama si bungsu|Gerbang Baru Mulai Terbuka|Kemeriahan Humberqu|Berburu dengan Sumpit|Humberqu jilid 1|3 hari yang tertinggal|Jambore bersama Bhirawa|Risalah Untuk Rusma|Humberqu Jilid 2|Ayoo olah raga|

54 pemikiran pada “Tradisi Aruh Baharin 1

  1. Aruh Baharin..
    Baru denger namanya dari sini,… betul2 sebuah artikel yang dapat memperkaya khasanah pengetahuan saya tentang keaneka ragaman budaya negeri kita yang harus dilestarikan.

    Salam Taksim.

  2. Kaharingan… Kepercayaan yang dulu dipeluk oleh nenek moyangnya nenek saya di Kalsel 🙂
    Bagus juga pertimbangan biayanya, supaya tidak memberatkan. Dapi pada maksa-maksain…

  3. Ping-balik: Aruh Baharin 2 (habis) « Batavusqu

  4. Ping-balik: Permohonan Maap « Batavusqu

  5. Ping-balik: Nilai-nilai Budaya Makassar 1 « Batavusqu

  6. Ping-balik: Nilai-nilai budaya Makassar 2 « Batavusqu

  7. Ping-balik: Nilai-nilai Budaya Makassar 3 (end) « Batavusqu

  8. Ping-balik: Wisata Kuliner khas Makassar 1 « Batavusqu

  9. Ping-balik: Wisata Kuliner Khas Makassar 2 « Batavusqu

  10. Ping-balik: Wisata Kuliner Khas Makassar 3 (end) « Batavusqu

  11. Ping-balik: Peduli Sahabat « Batavusqu

  12. Ping-balik: Tali Asih dari Pakde Cholik « Batavusqu

  13. Ping-balik: Penghuni Cempaka Mas Teler « Batavusqu

  14. Ping-balik: Kupersembahkan untuk yang paling Sedjatee « Batavusqu

  15. Ping-balik: Mengenang 64 Tahun Bandung Lautan Api « Batavusqu

  16. Ping-balik: Jail ko tega sih « Batavusqu

  17. Ping-balik: Mari Matikan Lampu Selama 60 Menit « Batavusqu

  18. Ping-balik: Jakarta Kota Air (Bagian 2) habis « Batavusqu

  19. Ping-balik: 3 Fasilitas Yang Mengganggu « Batavusqu

  20. Ping-balik: Juri dapat cindra mata « Batavusqu

  21. Ping-balik: Upacara Adat Pasola Sumba2 « Batavusqu

  22. Ping-balik: Upacara Adat Bau Nyale1 « Batavusqu

  23. Ping-balik: Upacara Adat Bau Nyale2 « Batavusqu

  24. Ping-balik: Upacara adat tiwah « Batavusqu

  25. Ping-balik: Upacara adat Molonthalo1 « Batavusqu

  26. Ping-balik: Upacara adat Molonthalo2 « Batavusqu

  27. Ping-balik: Upacara adat Mappassili « Batavusqu

  28. Ping-balik: Upacara adat Mandi Tian Mandaring « Batavusqu

  29. Ping-balik: Upacara adat 7 bulanan di Aceh « Batavusqu

  30. Ping-balik: Upacara Adat Tingkeban « Batavusqu

  31. Ping-balik: Upacara adat Mitoni « Batavusqu

Tinggalkan komentar