Celurit di mata Carok

Jum’at, 22 Januari 2010

Salam Takzim

Sahabat dan Pembaca Batavusqu yang budiman

cluritArtikel Kode Etik Blogger yang belum lama dipublish merupakan artikel yang terlaris dibaca bagi para sahabat baik yang senior maupun yunior, itu berarti kode etik blogger masih diperlukan dan dijaga hingga sekarang. Saya pribadi terus terang baru tau tentang adanya kode etik itu sehingga saya haturkan permohonan maap kepada seluruh blogger Indonesia yang melihat saya melanggar kode etik itu.

Kembali kepada postingan terdahulu dimana saya akan terus berusaha menyajikan budaya nusantara dari berbagai aspek kehidupan agar kebudayaan itu terus bisa dinikmati sampai ke anak cucu.

Postingan kali ini saya sadur habis atau copas langsung dari singaladoya.wordpress.com karena menurut saya sajiannya cukup lengkap dan saya sudah minta izin ke beliau agar saya tidak terkena benturan kode etik blogger Indonesia

Berikut postingannya
Menelusuri Sejarah Carok dan Celurit Carok laksana dua sisi mata uang.  Satu sama lain tak bisa dipisahkan. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Carok merupakan simbol kesatria dalam memperjuangkan harga diri (kehormatan). PADA zaman Cakraningrat, Joko Tole dan Panembahan Semolo di Madura, tidak mengenal budaya tersebut. Budaya yang ada waktu itu adalah membunuh orang secara kesatria dengan menggunakan pedang atau keris.

Senjata celurit mulai muncul pada zaman legenda Pak Sakera. Mandor tebu dari Pasuruan ini hampir tak pernah meninggalkan celurit setiap pergi ke kebun untuk mengawasi para pekerja. Celurit bagi Sakera merupakan simbol perlawanan rakyat jelata. Lantas apa hubungannya dengan carok? Carok dalam bahasa Kawi kuno artinya perkelahian. Biasanya melibatkan dua orang atau dua keluarga besar. Bahkan antar penduduk sebuah desa di Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Pemicu dari carok ini berupa perebutan kedudukan di keraton, perselingkuhan, rebutan tanah, bisa juga dendam turun-temurun selama bertahun-tahun.Pada abad ke-12 M, zaman kerajaan Madura saat dipimpin Prabu Cakraningrat dan abad 14 di bawah pemerintahan Joko Tole, istilah carok belum dikenal. Bahkan pada masa pemerintahan Penembahan Semolo, putra dari Bindara Saud putra Sunan Kudus di abad ke-17 M tidak ada istilah carok.Munculnya budaya carok di pulau Madura bermula pada zaman penjajahan Belanda, yaitu pada abad ke-18 M.

Setelah Pak Sakerah tertangkap dan dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur, orang-orang bawah mulai berani melakukan perlawanan pada penindas. Senjatanya adalah celurit. Saat itulah timbul keberanian melakukan perlawanan. Namun, pada masa itu mereka tidak menyadari, kalau dihasut oleh Belanda. Mereka diadu dengan golongan keluarga Blater (jagoan) yang menjadi kaki tangan penjajah Belanda, yang juga sesama bangsa. Karena provokasi Belanda itulah, golongan blater yang seringkali melakukan carok pada masa itu. Pada saat carok mereka tidak menggunakan senjata pedang atau keris sebagaimana yang dilakukan masyarakat Madura zaman dahulu, akan tetapi menggunakan celurit sebagai senjata andalannya.

Senjata celurit ini sengaja diberikan Belanda kepada kaum blater dengan tujuan merusak citra Pak Sakera sebagai pemilik sah senjata tersebut. Karena beliau adalah seorang pemberontak dari kalangan santri dan seorang muslim yang taat menjalankan agama Islam. Celurit digunakan Sakera sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap penjajah Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat.

Upaya Belanda tersebut rupanya berhasil merasuki sebagian masyarakat Madura dan menjadi filsafat hidupnya. Bahwa kalau ada persoalan, perselingkuhan, perebutan tanah, dan sebagainya selalu menggunakan kebijakan dengan jalan carok. Alasannya adalah demi menjunjung harga diri. Istilahnya, daripada putih mata lebih baik putih tulang. Artinya, lebih baik mati berkalang tanah daripada menanggung malu.

Tidak heran jika terjadi persoalan perselingkuhan dan perebutan tanah di Madura maupun pada keturunan orang Madura di Jawa dan Kalimantan selalu diselesaikan dengan jalan carok perorangan maupun secara massal. Senjata yang digunakan selalu celurit. Begitu pula saat melakukan aksi kejahatan, juga menggunakan celurit.Kondisi semacam itu akhirnya, masyarakat Jawa, Kalimantan, Sumatra, Irian Jaya, Sulawesi mengecap orang Madura suka carok, kasar, sok jagoan, bersuara keras, suka cerai, tidak tahu sopan santun, dan kalau membunuh orang menggunakan celurit.

Padahal sebenarnya tidak semua masyarakat Madura demikian.Masyarakat Madura yang memiliki sikap halus, tahu sopan santun, berkata lembut, tidak suka bercerai, tidak suka bertengkar, tanpa menggunakan senjata celurit, dan sebagainya adalah dari kalangan masyarakat santri.

Mereka ini keturunan orang-orang yang zaman dahulu bertujuan melawan penjajah Belanda. Setelah sekian tahun penjajah Belanda meninggalkan pulau Madura, budaya carok dan menggunakan celurit untuk menghabisi lawannya masih tetap ada, baik itu di Bangkalan, Sampang, maupun Pamekasan. Mereka mengira budaya tersebut hasil ciptaan leluhurnya, tidak menyadari bila hasil rekayasa penjajah Belanda.

Sumber : singaladoya.wordpress.com

———————————————————————————————————————-

Salam Takzim Batavusqu

|warisan Telukabessy|1 Suro di Cirebon||1 Suro di Tuban|Kado|
Gunung Kemukus|Rambu Solo|Hari Ibu|Ritual Ngaben|Ritual Gimbal|Natal|Natal Tante Alexa|Zipoer7 VS Batavusqu|Tradisi Bayi Turun Tanah 1|Tradisi Bayi Turun Tanah 2|Tradisi Bayi Turun Tanah 3|Tradisi Bayi Turun Tanah 4||Tradisi Bayi Turun Tanah 5|Ada kutu di WordPress|Kutu Bikin Gatel|9 Hari Pertama|Pengantar Puasa Senin Kamis|Ritual Puasa Senin Kamis 1|Ritual Puasa Senin Kamis 2|Ritual Puasa Senin Kamis 3 (habis)|KutuBacaBuku Di Batavusqu|Informasi Senjata Gratisss|Golok bukan Go! Blog|Kujang; Ajimat Raja Pasundan|Artikel Terunik Pertama Di Leysbook|Rencong Milik Aceh|Kode Etik Blogger|

88 pemikiran pada “Celurit di mata Carok

    1. Saya juga ga paham, kenapa hanya kang Awan yang mampir ke kotak spam ya, untung saja saya bisa mengeluarkannya, hehehe jum’atan di kantor ya, kapan nih ke Istiqlal

      1. Wakakakak, kalau saya dengan carok saya sodorin kertas untuk mengisi tanggal kapan bisa pentas di Take me Out mas. Terima kasih telah memberi komentar yang pertama di postingan saya hari ini mas

  1. Dangstars

    Wah,,ngeri nih postingannya benda-benda eukeur gelut kabeh… 😛
    Kayanya yang posting ini lagi ngamuk nih 🙂 🙂
    wakkaaaakkkaaakkkk

  2. sedjatee

    celurit adalah atribut wajib para carok, begitu kan Mister? hehehe… ada hubungan sama sate kambing dan tukang cukur gak ya… hehehe… salam sukses…

    sedj

  3. Ping-balik: Membuat Domain Gratis « CITRO MADURA

  4. salam takziim..
    celuritnya indah sekali bang…
    seperti bulan pertama menggores langit merah hehee…
    yang jadi caroknya siapa neeh…
    saya boleh minjeem gaak?

  5. terus terang bunda baru lihat celurit saa sudah merinding,
    setelah baca disini, baru tahu deh ternyata carok ini perlu dilestarikan juga krn termasuk kekayaan budaya juga ya Mas.
    terima kasih Mas Zipoer krn telah berbagi.
    salam.

  6. Salam kenal dari saya ms, oh gitu ya sejarahnya clurit. Jujur ms, baru tahu sekarang.Tapi bener kata sampeyan, kalo orang madura tdk smua keras dan ganas, banyak kok yg sopan, halus katanya, tdk keras dan baik hati.

  7. Ping-balik: Sulitnya Mendapat Ping Back Dari Blogspot « CITRO MADURA

  8. wah … terlihat semakin berhati2 kang zipoer ini, hii hii. Semoga gak akan ada apa2 lg yah

    wahhh, baru tahu kutu klo madura punya senjata khas, ngeliat dari gambarnya kayaknya tajem banget tuh, hii

  9. numpang iklan ya mas zipoer,…
    saya punya acara untuk blogger yang seneng komentar, dan ada hadiah menarik
    bagi blogger yangpada seneng komeng silakan kunjungi blog saya
    terima kasih mas, kalau mas zipoer tidak berkenan dengan koment ini boleh dihapus,…
    tapi kalau bisa jangan 😆

  10. Ping-balik: Hadiah Terunik Akhirnya Terbit « Batavusqu

  11. Ping-balik: Ceria bersama Si Bungsu « Batavusqu

  12. Ping-balik: Gerbang Baru Mulai Terbuka « Batavusqu

  13. Ping-balik: Kemeriahan Humberqu « Batavusqu

  14. Ping-balik: Berburu Dengan Sumpit « Batavusqu

  15. Ping-balik: Cerita Seputar Pengalaman Blog « CITRO MADURA

  16. Ping-balik: Humberqu Jilid 1 « Batavusqu

  17. Ping-balik: 3 Hari yang tertinggal « Batavusqu

  18. Ping-balik: Jambore Bersama Bhirawa « Batavusqu

  19. Ping-balik: Risalah Untuk Rusma « Batavusqu

  20. Ping-balik: Humberqu Jilid 2 « Batavusqu

  21. Ping-balik: Reportase Kemeriahan Humberqu « Batavusqu

  22. Ping-balik: Ayoo gerakkan tubuh sambut pagi ceria « Batavusqu

  23. Ping-balik: Tradisi Aruh Baharin 1 « Batavusqu

  24. Ping-balik: Aruh Baharin 2 (habis) « Batavusqu

  25. Ping-balik: Permohonan Maap « Batavusqu

  26. Ping-balik: Nilai-nilai Budaya Makassar 1 « Batavusqu

  27. Ping-balik: Nilai-nilai budaya Makassar 2 « Batavusqu

  28. Ping-balik: Nilai-nilai Budaya Makassar 3 (end) « Batavusqu

  29. Ping-balik: Wisata Kuliner khas Makassar 1 « Batavusqu

  30. Ping-balik: Wisata Kuliner Khas Makassar 2 « Batavusqu

  31. Ping-balik: Wisata Kuliner Khas Makassar 3 (end) « Batavusqu

  32. Ping-balik: Peduli Sahabat « Batavusqu

  33. Ping-balik: Tali Asih dari Pakde Cholik « Batavusqu

  34. Ping-balik: Penghuni Cempaka Mas Teler « Batavusqu

  35. Ping-balik: Kupersembahkan untuk yang paling Sedjatee « Batavusqu

  36. Ping-balik: Mengenang 64 Tahun Bandung Lautan Api « Batavusqu

  37. Ping-balik: Jail ko tega sih « Batavusqu

  38. Ping-balik: Mari Matikan Lampu Selama 60 Menit « Batavusqu

  39. Ping-balik: Jakarta Kota Air (Bagian 2) habis « Batavusqu

  40. Ping-balik: 3 Fasilitas Yang Mengganggu « Batavusqu

  41. Ping-balik: Juri dapat cindra mata « Batavusqu

  42. Ping-balik: Badik Senjata Tradisional Masyarakat Sulsel « Batavusqu

  43. Ping-balik: Mandau Pusaka Suku Dayak « Batavusqu

  44. Ping-balik: Parang Salawaku Milik Beta « Batavusqu

  45. Ping-balik: Keris Senjata Adat Jawa « Batavusqu

  46. Ping-balik: Bedog dan baliung senjata baduy « Batavusqu

  47. Ping-balik: Senjata adat Papua « Batavusqu

Tinggalkan komentar