Rabu, 20 Januari 2010
Salam Takzim
Sahabat dan pembaca Batavusqu yang berbudaya
Satu lagi senjata tradisional milik negeri Indonesia disaji sebagai pelengkap koleksi budaya. Rencong atau Rincong atau Rintjoeng adalah senjata pusaka bagi rakyat Aceh dan merupakan simbol keberanian, keperkasaan, pertahanan diri dan kepahlawanan aceh dari abad ke abad.
Menurut salah satu sumber Rencong telah dikenal pada awal islam kesultanan di abad ke-13. Di zaman kerajaan Aceh Darussalam rencong ini tidak pernah lepas dari hampir setiap pinggang (selalu diselipkan dipinggang depan) rakyat Aceh, yang rata-rata punya keberanian luar biasa baik pria maupun wanita karena rencong ini bagi orang Aceh ibarat tentara dengan bedilnya yang merupakan simbol keberanian, kebesaran, ketinggian martabat dan keperkasaan orang Aceh sehingga orang-orang Portugis atau Portugal harus berpikir panjang untuk mendekati orang Aceh. Di masa kini Rencong mempunyai tingkatan yang menjadi ciri khas strata masyarakat, untuk seorang Raja/Sulthan dan Ratu/Sulthanah untuk sarungnya terbuat dari gading dan untuk belatinya terbuat dari emas hingga sampai ke strata masyarakat bawah untuk sarung terbuat dari dari tanduk kerbau ataupun kayu dan untuk belati terbuat dari kuningan atau besi putih tergantung kemampuan ekonomi masing-masing.
Aceh sebagai sebuah kekuatan militer penting di dunia Melayu, dengan persenjataan yang sangat unik. Karena hubungan internasional dengan dunia barat, bentuk rencong juga mulai mengikuti perkembangannya, terutama Turki dan anak benua India. Rencong juga mempunyai kesamaan dengan blade yang dipakai oleh prajurit Turki di masa Sulthan Mahmud kerajaan Ottoman Turki dan juga Mughal scimitar dari beberapa orang dengan gaya rapiers dan daggers ( bahasa bule ) yang bergantung gantung dari ikat pinggang di tembok gantung Madras, India tahun 1610-1620.
Sumber Belanda Yang merujuk pada persenjataan Aceh di abad ke 14. Contoh persenjataan ini dapat dilihat dalam ilustrasi buku baik pada perang kolonial Belanda yang dihasilkan oleh Pusat Data Dokumentasi dan di Aceh pada tahun 1977.
Sebuah majalah artikel populer yang menyatakan bahwa bentuk rencong itu invented di Aceh pada abad 16 pada zaman Sultan Al- Kahar, Sultan yang mempunyai hubungan dekat dengan Khalifah Turki Ottoman, disaat meminta bantuan untuk menyerang Portugis.
Menurut salah satu sumber juga, pada abad ke 18 tokoh pahlawan sastra Pocut Muhammad untuk memerintahkan membuat rencong sebanyak-banyak karena persediaan baja yang menumpuk, rencong ini dapat dilihat di Museum Praha, Ceko.
Rencong yang paling berharga dari abad ke 19 dengan ukiran huruf Arab ada di museum Jakarta .
Di masa lalu, simbolisme islam dari rencong telah dihubungkan dengan Perang Suci atau jihad. Dengan kekuatan senjata ditangan dan keyakinan pada kuasa Allah. Rencong seperti memiliki kekuatan yang ghaib. sehingga bagi masyarakat Aceh sangat terkenal pepatah :
“Tatob ngon reuncong jeuet Ion peu-ubat, nyang saket yang tapansie Haba.”
Di masa Aceh mengusir Portugis dari seluruh tanah sumatra dan tanah malaka serta masa penjajahan Belanda rencong merupakan senjata yang mematikan disamping pedang dan bedil yang digunakan di medan perang, tidak hanya oleh para Sulthan, Laksamana, Pang, Pang sagoe, Uleebalang, Teuku, Teungku Agam, Sayed, Habib Cut Ampon, Cut Abang ( para kaum pria ) namun juga oleh Teungku Inong, Syarifah, Cut Kak, Cut Adoe, Cut Putroe, Cut Nyak (kaum wanita). Senjata ini diselipkan di pinggang depan setiap pria dan wanita perkasa Aceh sebagai penanda Keperkasaan dan ketinggian martabat, sekaligus simbol pertahanan diri, keberanian, kebesaran, dan kepahlawanan ketika melawan penjajah Belanda.
Dalam perjuangan dan pertempuran melawan Portugis dan Belanda, sejarah mencatat nama-nama besar pahlawan-pahlawan dan srikandi Aceh, seperti Tgk Umar, Panglima Polem, Teungku Chik Ditiro, Laksamana Malahayati, Pocut Meurah Intan, Pocut Baren, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Teungku Fakinah yang tidak melepaskan rencong dari pinggangnya.
Rencong memiliki makna filosofi religius dan keislaman, Gagangnya yang berbetuk huruf Arab diambil dari padanan kata Bismillah. Padanan kata itu bisa dilihat pada gagang yang melekuk kemudian menebal pada bagian sikunya. Gagang rencong berbentuk huruf Ba, gagang tempat genggaman merupakan aksara Sin, lancip yang menurun ke bawah pada pangkal besi dekat gagangnya merupakan aksara Mim, Pangkal besi lancip di dekat gagang yang menyerupai lajur-lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya melambangkan aksara Lam, Bagian bawah sarung memiliki bentuk huruf Ha, sehingga keseluruhan hurup “Ba, Sin, Mim, Lam, Ha“, susunan huruf yang terbaca membentuk kalimat Bismillah. Ini merupakan lambang yang memperlihatkan karakteristik masyarakat Aceh yang sangat berpegang teguh pada kemuliaan ajaran Islam.
Secara umum rencong atau Rincong yang menjadi senjata andalan dalam sejarah masyarakat Aceh dikenal, ada 5 macam yaitu :
Rincong Meucugek :
Mengapa disebut rincong meucugek karena pada gagang rencong tersebut terdapat suatu cugek atau meucugek ( dalam istilah Aceh )seperti bentuk panahan dan perekat.
Rincong Pudoi :
Dalam masyarakat Aceh istilah pudoi berarti belum sempurna alias masih ada kekurangan. kekurangannya dapat dilihat pada bentuk gagang rencong tersebut.
Rincong Meupucok :
Keunikan dari Rincong ini memiliki pucuk di atas gagangnya yang terbuat dari ukiran dari gading atau emas. Bagian pangkal gagang dihiasi emas bermotif pucok rebung/tumpal yang diberi permata ditampuk gagang,keseluruhan panjang rencong ini lebih kurang 30 cm.bilah terbuat dari besi putih.sarungnya dibuat dari gading serta diberi ikatan dengan emas.
Rincong puntong
Keunikan dari Rincong puntong pada Hulu Puntung, dengan belati yang ditempa dengan loga, kepala Rencong dari tanduk kerbau dan sarung dari kayu.
Rincong Meukure:
Rincong ini mempunyai perbedaan dengan yang lain pada mata rincong yang diberi hiasan tertentu seperti gambar bunga, ular, lipan dan sejenisnya.
Seiring perjalanan waktu senjata Rencong semenjak Aceh bergabung dengan Indonesia sampai sekarang perlahan-perlahan pusaka ini berubah fungsi hanya menjadi barang souvernir atau cenderamata dan pelengkap pakaian adat Aceh pengantin pria.
Semoga pemerintah daerah dapat menyelamatkan dan melestarikan asset sejarah Aceh dari abad ke abad ysng sangat berharga ini, kalau pusaka ini tidak berharga Aceh tidak akan digelar dengan ACEH TANOH RINCONG.
Sumber : http://rencongacehku.blogspot.com/2009/07/r-encong-atau-rincong-atau-rintjoeng.html
==================================================================
Salam Takzim Batavusqu
|warisan Telukabessy|1 Suro di Cirebon||1 Suro di Tuban|Kado|
Gunung Kemukus|Rambu Solo|Hari Ibu|Ritual Ngaben|Ritual Gimbal|Natal|Natal Tante Alexa|Zipoer7 VS Batavusqu|Tradisi Bayi Turun Tanah 1|Tradisi Bayi Turun Tanah 2|Tradisi Bayi Turun Tanah 3|Tradisi Bayi Turun Tanah 4||Tradisi Bayi Turun Tanah 5|Ada kutu di WordPress|Kutu Bikin Gatel|9 Hari Pertama|Pengantar Puasa Senin Kamis|Ritual Puasa Senin Kamis 1|Ritual Puasa Senin Kamis 2|Ritual Puasa Senin Kamis 3 (habis)|KutuBacaBuku Di Batavusqu|Informasi Senjata Gratisss|Golok bukan Go! Blog|Kujang; Ajimat Raja Pasundan|Artikel Terunik Pertama Di Leysbook|
Teruntuk sahabatku Azhari di rantau Nangoro Aceh Darussalam
(maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
Boleh kang, silahkan dan terimakasih
Selamat siang semua nya ..
😀
Selamat siang kang Dadang
Kunjungan sore menjelang petang
Kemaren dah bahas Kujang, sekarang Rencong, besok apalagi yaaaa ….. Clurit, Badik, Keris, Bambu Runcing, Tombak dll udah apa belum yaaaa …..
“Tatob ngon reuncong jeuet Ion peu-ubat, nyang saket yang tapansie Haba.” Artinya apan yaaaa …..
Dengan Rencong kita kuat, yang sakit penyakit terangkat
Terimakasih kang Alwi atas kunjungannya hari ini
asyuk tu bang, harganya berapa ya?
Berkisar antara 120 ribu sampai 2 juta_an kang
Wah… 😛
om Icalan Rencong nya ayeuna ?
hehehe nggak kang, nyang jualan temen saya
Ohhhh begono nya 😛
selamat pagi dan salam hangat selalu serta takzim buat kang zipoer
lama ni kang tidak jalan2 maaf ya kang dan trima kasih melihat rumahku yang kotor tidak terurus
mantab kang dan itu harus dipertahankan bahwa itu milik bangsa kita
clurit milik siapa kang….?????
tapi saya takut kang
Hahahaha, clurit sepertinya diJakarta banyak orang pake
Makasih kang atas kunjungannya
Kumaha arit aya ?
Eukeur ngarit neh !
arit masih ada juga kang, memang sapi disana doyan rumput kang? 😆 😆 😆
Tergantung selera nya aja 😀
Kalo yang beginian saya setuju, budaya yang memang tidak merusak tatanan norma agama akan tetap saya junjung dan jaga kelestariannya.
Mari jaga barsama kelestarian rencong agar tetap berbudaya
Nanti saya usulkan pake Satpam
Asyik spam juga boleh deh, makasih kang
Btw… Kang, dapat infonya darimana ya? koq bisa lengkap begini? saya yang guru aja baru dapat info ini. padahal sudah hunting ke mana-mana.
olala guru manstab dong sudah 13 guru yang hadir disini bisa jadi ajang diskusi dong hehehehe, makasih bu guru atas kunjungannya kalau sumber saya tuliskan kok aslinya, dibawah
Ya Kang Dadang hadir juga ,,
Saya juga hadir kang…
Informasinya memang lengkap banget,…
baru tau dari sini ternyata Rencong juga beraneka macam.
makasih banyak kang.
Salam taksim.
Terima kasih kang Awan atas kehadiran dan warna yang diberikan hari ini
Ingat rencong ingat cut nyak dien dan teuku umar
Ingat pahlawan Aceh ya kang, mastab masih diingatkan disini, makasih ya kang warnanya
Saya inget Om Zipoer deh jadinya 😀
wakakakakkkk, bisa aja nih kang Dadang 🙂
Awas kudu hati-hati nih pabelit benda tajam neh,,
Awas kacugaaaxxzz
hehehehe
kayaknya industri bikin senjata tradisional semakin terkikis ya pak…hrs dilestarikan
Masih ada, teman saya Yuliadi masih cerita semalam, bahwa produksi Rencong masih dilakukan oleh tim dia sebagai pembuat rencong
ternyata rencong banyak sekali jenisnya, ukurannya juga beda-beda…pantesan aceh disebut tanah rencong
Iya ya sebagai tanah rencong, bener bener bersesuaian ya, makasih mamah Aline atas kunjungannya
kak…cerita zaranggi yang cerdik..semoga bsa mencerahkan anda lebih jauh..
http://donnyirianto.blogspot.com/2010/01/zaranggi-yang-cerdik-part-ii.html
terima kasih langsung ke tkp
Senjata aja ada filosofi keislamannya ya…
betul kakaakin, makasih ya warnanya
sajian yang mantap kang zipoer…
pesan yang tertuang dalam sebuah senjata khas memang patut untuk dipelajari dan diambil maknanya. hanya, yang saya kurang setuju adalah menjadikannya “bertuah”, sehingga mengaburkan fungsi asalnya.
Mungkin sebagian orang Aceh masih mengaggap itu bertuah kang, karena sering membuat percaya dir kala ke tempat-tempat bahaya kang, ambil sisi positip aja ah, saya nggak berani ikutan yang bertuah. Makasih uda
Senjata legendaris yang turut berperan dalam melawan kolonialisme di negeri serambi mekah kala dulu. Nice posting kang Poer, salam sukses selalu
Tanks ya jeung kunjungannya hari ini
Aku suka banget dgn senjata yg satu ini, khas dan unik serta menyimpan pesan yg tersirat dari tanah rencong itu sendiri..
Salam hangat kang.. Salam damai selalu..
Terima kasih kang Haryana, maap belum sempat berkunjung kang
uigh lengkap sekali untuk saya…
jadi tau sekarang Pak…
Mantap..!
Tanks kang Alfarolamablawa atas kunjungannya
Ping-balik: Kode Etik Nara Blog (Blogger) « Batavusqu
Kunjungan kang, menikmati santapan rencong dari ranah Aceh.
Segala jenis budaya mesti dipelajari lagi dengan penuh keterbukaan dan jauh dari prasangka. Saya setuju pendapat kang zipoer7.
Terimakasih atas kunjungannya, terlebih dengan ulasan yang diberikan
nambah pengetahuan mas.
Alhamdulillah kalau bermanfaat, terima kasih kang atas kunjungannya
Ping-balik: Celurit di mata Carok « Batavusqu
wah detil nih ms, datanya. ternyata banyak filosofis tak terduga ketika sy baca tulisan ini, terima ksh atas infonya ms.
Ping-balik: Hadiah Terunik Akhirnya Terbit « Batavusqu
Ping-balik: Ceria bersama Si Bungsu « Batavusqu
Ping-balik: Gerbang Baru Mulai Terbuka « Batavusqu
Ping-balik: Kemeriahan Humberqu « Batavusqu
Ping-balik: Berburu Dengan Sumpit « Batavusqu
Ping-balik: Humberqu Jilid 1 « Batavusqu
bentukna unik sekali n aslinya juga lebih bagus karena saya juga pernah melihat rencong aslina hhe
berkunjung
Ping-balik: 3 Hari yang tertinggal « Batavusqu
Ping-balik: Jambore Bersama Bhirawa « Batavusqu
Ping-balik: Risalah Untuk Rusma « Batavusqu
Ping-balik: Reportase Kemeriahan Humberqu « Batavusqu
Ping-balik: Humberqu Jilid 2 « Batavusqu
Ping-balik: Ayoo gerakkan tubuh sambut pagi ceria « Batavusqu
Ping-balik: Tradisi Aruh Baharin 1 « Batavusqu
Ping-balik: Aruh Baharin 2 (habis) « Batavusqu
Ping-balik: Permohonan Maap « Batavusqu
Ping-balik: Nilai-nilai Budaya Makassar 1 « Batavusqu
Ping-balik: Nilai-nilai budaya Makassar 2 « Batavusqu
Ping-balik: Nilai-nilai Budaya Makassar 3 (end) « Batavusqu
Ping-balik: Wisata Kuliner khas Makassar 1 « Batavusqu
Ping-balik: Wisata Kuliner Khas Makassar 2 « Batavusqu
Ping-balik: Wisata Kuliner Khas Makassar 3 (end) « Batavusqu
Ping-balik: Peduli Sahabat « Batavusqu
Ping-balik: Tali Asih dari Pakde Cholik « Batavusqu
Ping-balik: Penghuni Cempaka Mas Teler « Batavusqu
Ping-balik: Kupersembahkan untuk yang paling Sedjatee « Batavusqu
Ping-balik: Mengenang 64 Tahun Bandung Lautan Api « Batavusqu
Ping-balik: Jail ko tega sih « Batavusqu
Ping-balik: Mari Matikan Lampu Selama 60 Menit « Batavusqu
petani jabon mampir nich..
salam…
Ping-balik: Jakarta Kota Air (Bagian 2) habis « Batavusqu
Ping-balik: 3 Fasilitas Yang Mengganggu « Batavusqu
Ping-balik: Juri dapat cindra mata « Batavusqu
Ping-balik: Badik Senjata Tradisional Masyarakat Sulsel « Batavusqu
Ping-balik: Mandau Pusaka Suku Dayak « Batavusqu
Ping-balik: Parang Salawaku Milik Beta « Batavusqu
Ping-balik: Keris Senjata Adat Jawa « Batavusqu
Ping-balik: Bedog dan baliung senjata baduy « Batavusqu
Saleum,
Saya punya beberapa jenis rencong, diantaranya hasil beli dan dua lainnya warisan dari mendiang kakek, yang terakhir sudah berumur 137 tahun. panjangnya cuma sejengkal berwarna hitam, sementara rencong tersebut terbuat dari batu bulan. begitulah yang saya dengar dari mendiang.
trims sudah berbagi senjata khas aceh, semoga menambah wawasan kita semua. yang penting jangan dilihat dari magis nya tapi lihatlah sisi budayanya.
saleum dmilano
setuju bang, karena budaya kalau ga diangkat generasi muda pada ga tau, khususnya anak Jakarte hehehe
makasih bang
Ping-balik: Senjata adat Papua « Batavusqu