Berburu Dengan Sumpit

Rabu, 27 Januari 2010

Salam Takzim

Sahabat dan pembaca batavusqu yang berbudi

Setelah berhenti cukup lama sajian gratis tentang senjata tradisional, perkenankan kembali batavusqu menyajikan satu lagi tentang informasi senjata tradisional sebagai pelengkap budaya. ya kali ini saya akan angkat senjata Sumpit dari pulau Kalimantan yang terkenal dengan suku dayaknya.

Suku Dayak di pulau Kalimantan mengenal berbagai macam senjata yang biasa digunakan untuk berburu dan berperang pada zaman dahulu hingga saat ini, atau untuk kegunaan sehari-hari semisal untuk berkebun di ladang. Beberapa jenis senjata tradisional tersebut diantaranya sumpitan (sipet), mandau, lonjo (tombak), perisai (telawang), dan taji. Ketua Dewan Adat Dayak Kaltim Barnabas Sebilang mengungkapkan, senjata sumpitan merupakan senjata kebanggaan dan menjadi senjata utama bagi masyarakat Dayak.  “Racun pada sumpitan ini sampai sekarang tidak ada penawarnya, entah kalau obat-obatan modern.” ujar Barnabas.

Sumpit harus terbuat dari kayu keras seperti kayu ulin, tampang, lanan, berang-bungkan, rasak, atau kayu plepek. Sumpit terbuat dari batang kayu bulat sepanjang 1,9 meter hingga 2,1 meter. Tak ketinggalan juga tamiang atau lamiang, yaitu sejenis bambu yang berukuran kecil, beruas panjang, keras, dan mengandung racun. Diameter sumpit dua hingga tiga sentimeter yang berlubang di bagian tengahnya, dengan diameter lubang sekitar satu sentimeter. Lubang ini untuk memasukkan anak sumpit atau damek. Racun pada damek oleh subetnis Dayak Lundayeh disebut parir. Racun yang sangat mematikan ini merupakan campuran dari berbagi getah pohon, ramuan tumbuhan serta bisa binatang seperti ular dan kalajengking.

Getah pohon yang digunakan untuk racun di antaranya getah kayu ipuh, kayu siren, atau upas, dicampur dengan getah kayu uwi ara, atau getah toba. Bisa binatang, seperti ular, akan menguatkan efek racun ini.

Menurut Barnabas, hingga sekarang ini belum ada penawar untuk racun anak sumpit yang sudah masuk ke pembuluh darah. Anehnya, lanjut Barnabas, meskipun sangat beracun, daging binatang buruan aman untuk dimakan. “Berburu kan dagingnya untuk dimakan. Akan tetapi, meskipun racun sumpit sangat kuat, kita aman saja makan daging binatang buruan tersebut, bahkan kalau kita menjilat racun itu sebenarnya tidak apa-apa,” ujar Barnabas.

Meski demikian, kalau racun damek itu langsung masuk ke darah, manusia atau semua binatang akan segera mati. “Kecuali ayam. Kami juga tidak tahu kenapa ayam tidak mati oleh racun tersebut,” ujarnya.

Pembuatan sumpit dikerjakan dengan sangat cermat dan teliti oleh warga Dayak. Hampir semua subetnis Dayak di pulau Borneo menggunakan sumpit, namun yang sangat terkenal lihai membuat sumpit, antara lain subetnis Dayak Ot Danom, Apu Kayan, Punan, Pasir, Ot, Siang dan Dayak Bahau.  “Secara tradisional, kalau ingin tepat sasaran dan kuat bernapas, panjang sumpit harus sesuai dengan tinggi badan orang yang menggunakannya,” tutur Ferain Mora, Kepala Adat Dayak Maanyan, Kalteng.

Di bagian ujung moncong dipasangi mata tombak terbuat dari besi atau batu gunung yang diikat dengan anyaman uei (rotan) yang disebut sangkoh. Kegunaan sangkoh ini untuk cadangan senjata saat binatang buruan yang sudah terluka dan belum mati ternyata berbalik menyerang penyumpit yang belum sempat mengisi kembali anak sumpit.

SELAIN beracun, kelebihan yang dimiliki senjata ini, dibandingkan dengan senjata khas Dayak lainnya, yakni kemampuan mengenai sasaran dalam jarak yang relatif jauh. Dan salah satu kelebihan dari sumpit atau sipet ini memiliki akurasi tembak yang dapat mencapai 218 yard atau sekitar 200 m. Selain itu, senjata ini juga tidak menimbulkan bunyi.

Unsur senyap ini sangat penting saat mengincar musuh maupun binatang buruan yang sedang lengah. Selain kegunaan berburu dan berperang, kegunaan lain sumpit adalah untuk upacara adat atau sebagai mas kimpoi dalam pernikahan adat Dayak. “Saat bertunangan, senjata sumpit ini juga bisa digunakan sebagai mas kawin,” ujar Barnabas.

Menurut kepercayaan suku Dayak sumpit atau sipet ini tidak boleh digunakan untuk membunuh sesama. Sumpit atau sipet hanya dapat dipergunakan untuk keperluan sehari – hari, seperti berburu. Sipet ini tidak diperkenankan atau pantang diinjak – injak apalagi dipotong dengan parang karena jika hal tersebut dilakukan artinya melanggar hukum adat, yang dapat mengakibatkan pelakunya akan dituntut dalam rapat adat

Sumber: melayuonline.com

———————————————————————————————————————————–

Salam Takzim Batavusqu

|warisan Telukabessy|1 Suro di Cirebon||1 Suro di Tuban|Kado|
Gunung Kemukus|Rambu Solo|Hari Ibu|Ritual Ngaben|Ritual Gimbal|Natal|Natal Tante Alexa|Zipoer7 VS Batavusqu|Tradisi Bayi Turun Tanah 1|Tradisi Bayi Turun Tanah 2|Tradisi Bayi Turun Tanah 3|Tradisi Bayi Turun Tanah 4||Tradisi Bayi Turun Tanah 5|Ada kutu di WordPress|Kutu Bikin Gatel|9 Hari Pertama|Pengantar Puasa Senin Kamis|Ritual Puasa Senin Kamis 1|Ritual Puasa Senin Kamis 2|Ritual Puasa Senin Kamis 3 (habis)|KutuBacaBuku Di Batavusqu|Informasi Senjata Gratisss|Golok bukan Go! Blog|Kujang; Ajimat Raja Pasundan|Artikel Terunik Pertama Di Leysbook|Rencong Milik Aceh|Kode Etik Blogger|Celurit di mata Carok|Hadiah Terunik akhirnya Terbit|Ceria bersama si bungsu|Gerbang Baru Mulai Terbuka|Kemeriahan Humberqu|

66 pemikiran pada “Berburu Dengan Sumpit

  1. Selamat pagi sahabatku.
    Saya berkunjung untuk berkenalan dan silaturahmi serta menyerap ilmu disini.
    Saya juga ingin memperkenalkan blog yang baru soft opening yaitu Pensioner.
    Sebagai newbie mohon masukan,kritik dan saran dari para senior agar blog saya ini menarik dan bermanfaat
    Terima kasih, salam hangat dari Surabaya.

    1. Racun dari sumpit itu amat mematikan, tapi hewan yang mati gara2 disumpit justru daginganya aman buat dimakan.
      Mungkin karena racunnya menggunakan bahan alam yah kang? atau karena racun tersebut kalau termakan, tidak langsung terkontaminasi dalam darah.

      Tapi aneh yah? koq ayam kagak mempan?

  2. Ping-balik: Humberqu Jilid 1 « Batavusqu

  3. Sumpit Dayak Kalimantan memang menakjubkan.

    Coba saja dipikir, bagaimana caranya membuat lubang sepanjang 190 cm hingga 210 cm pada media batang kayu berukuran 2-3 cm. Lubang yang dibuat harus lurus dan smooth… supaya menjadi sumpit yang baik. Kayunya adalah kayu keras. Ada gak mata bor sepanjang itu?? Pisaupun tidak sepanjang itu.

    Sekalian berbagi ya kang zipoer7.

    Kebetulan saja kakak saya mempunyai mertua di Muara Teweh (Kalteng) dan sekarang tinggal di sana. Kakak saya pernah melihat sekilas pembuatan sumpit yang luar biasa itu. Jadi, katanya, si pembuat mempunyai mata bor khusus buatan sendiri yang panjangnya sekitar 2 meter. Pemboran lubang sumpit tidak menggunakan tangan atau mesin, tetapi memanfaatkan tenaga air. Pada pangkal mata bor dilekatkan sebuah kincir yang terus berputar. Jadi, baik mata bor maupun kayu calon sumpit di setting di sungai yang mengalir. Pengeboran terjadi siang-malam, selama sungai masih mengalir.

    Begitu ceritanya kang. Melihat tingkat kesulitan pembuatnnya bisa dimaklumi jika sumpit menjadi souvenir yang sangat berharga.

    Salam.

  4. Penghujung bulan sudah datang, ada yg suka karena baru gajian, ada yang seding karena target tidak terpenuhi, apapun yang terjadi ruanghati.com ucapkan selamat berakhir pekan dan berakhir bulan, selamat ngeblog, yang barusan gajian bisa dihemat sampai akhir bulan berikutnya,

    salam hangat san sukses selalu

    semoga hidup Anda penuh dengan Cinta, Kesehatan, kebahagiaan dan Kedamaian selalu

    ruanghati.com

  5. Bersama komen ini kami mohon info dan masukan pada blog kami yang saat ini sedang sakit, mungkin diantara teman nara blog punya solusi dan obatnya

    Terima Kasih

    Salam Hangat

  6. Ping-balik: 3 Hari yang tertinggal « Batavusqu

  7. Ping-balik: Jambore Bersama Bhirawa « Batavusqu

  8. Ping-balik: Risalah Untuk Rusma « Batavusqu

  9. Ping-balik: Humberqu Jilid 2 « Batavusqu

  10. Ping-balik: Reportase Kemeriahan Humberqu « Batavusqu

  11. Ping-balik: Ayoo gerakkan tubuh sambut pagi ceria « Batavusqu

  12. Ping-balik: Tradisi Aruh Baharin 1 « Batavusqu

  13. Ping-balik: Aruh Baharin 2 (habis) « Batavusqu

  14. Ping-balik: Permohonan Maap « Batavusqu

  15. Ping-balik: Nilai-nilai Budaya Makassar 1 « Batavusqu

  16. Ping-balik: Nilai-nilai budaya Makassar 2 « Batavusqu

  17. Ping-balik: Nilai-nilai Budaya Makassar 3 (end) « Batavusqu

  18. Ping-balik: Wisata Kuliner khas Makassar 1 « Batavusqu

  19. Ping-balik: Wisata Kuliner Khas Makassar 2 « Batavusqu

  20. Ping-balik: Wisata Kuliner Khas Makassar 3 (end) « Batavusqu

  21. Ping-balik: Peduli Sahabat « Batavusqu

  22. Ping-balik: Peduli Sahabat « Batavusqu

  23. Ping-balik: Tali Asih dari Pakde Cholik « Batavusqu

  24. Ping-balik: Penghuni Cempaka Mas Teler « Batavusqu

  25. Ping-balik: Kupersembahkan untuk yang paling Sedjatee « Batavusqu

  26. Ping-balik: Mengenang 64 Tahun Bandung Lautan Api « Batavusqu

  27. Ping-balik: Jail ko tega sih « Batavusqu

  28. Ping-balik: Mari Matikan Lampu Selama 60 Menit « Batavusqu

  29. Ping-balik: Jakarta Kota Air (Bagian 2) habis « Batavusqu

  30. Ping-balik: 3 Fasilitas Yang Mengganggu « Batavusqu

  31. Ping-balik: Juri dapat cindra mata « Batavusqu

  32. Ping-balik: Badik Senjata Tradisional Masyarakat Sulsel « Batavusqu

  33. Ping-balik: Mandau Pusaka Suku Dayak « Batavusqu

  34. Ping-balik: Parang Salawaku Milik Beta « Batavusqu

  35. Ping-balik: Keris Senjata Adat Jawa « Batavusqu

  36. Ping-balik: Bedog dan baliung senjata baduy « Batavusqu

  37. Ping-balik: 4 Senjata adat suku Jambi « Batavusqu

  38. Ping-balik: Senjata adat Papua « Batavusqu

Tinggalkan komentar