Kamis, 7 Januari 2010
Salam Takzim
Sahabat dan pembaca Batavusqu yang berbudi
Satu lagi tradisi bayi turun tanah ya tradisi bayi turun tanah yang disunting dari kota udang Cirebon, sebagai penutup dari corak tradisi adat dinegeri ini tentang tradisi bayi turun tanah, karena masih banyak budaya adat yang harus batavusqu saji dari berbagai provinsi. Seperti biasa tersaji bukan untuk dipuji atau pun dihina, melainkan untuk diketahui, barangkali menjadi sebuah referensi yang bermanfaat.
‘
Setiap orang tua pasti berharap anaknya mampu menjalani kehidupan di dunia dengan baik, lancar tak ada halangan maupun gangguan. Berbagai usaha pun dilakukan. Selain menadahkan tangan berdoa kepada Sang Khalik, juga melaksanakan tradisi turun temurun agar petuah-petuah leluhur dapat tertular pada anaknya.
‘
Mudun lemah, demikian orang Cirebon menyebut tradisi tersebut. Sebuah tradisi yang dilakukan orang tua untuk mengenalkan anak tercintanya yang berusia tujuh bulan kepada bumi. Mengiringi itu, kedua orang tua berharap anaknya mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupan.
‘
Tedak Siti merupakan tradisi yang harus dilakoni seorang bayi saat memasuki usia 7 bulan, saat itulah dipercaya bahwa sang bayi boleh menginjakkan kaki-nya ke bumi.
‘
Pasangan Suami Istri biasanya menyiapkan segala kelengkapannya. Antara lain, nasi tumpeng lengkap dengan sayur mayur, bubur merah dan putih, jajanan pasar lengkap, tetel warna (uli, Red) lima macam warna meliputi, merah, putih, hitam, hijau, jambon (jingga), dan bunga setaman (bunga yang ada di satu taman).
‘
Selain itu, juga tak ketinggalan tangga yang dibuat dari batang tebu merah hati, sangkar ayam yang dihiasi janur kuning atau kertas hias, padi, kapas, sekar telon (bunga tiga macam, melati, mawar dan kenanga), beras kuning, uang kertas dan recehan, barang yang bermanfaat, misalnya buku, alat-alat tulis dan sebagainya yang dimasukkan ke dalam sangkar.
‘
Mengawali pelaksanaan tradisi itu, sang bayi sebelumnya dimandikan air bunga setaman. Setelah selesai, anak dikenakan pakaian baru yang bagus. “Dimandikan itu maksudnya, agar bayi dapat menjalani kehidupan yang bersih dan lurus,” .
‘
Kemudian anak dikirap keliling kampung, agar kenal dengan lingkungan sekitar diiringin musik hadrah (rebana’an). Tak lama berselang, anak mulai dibimbing berjalan (dititah) dengan kaki menginjak lima ketan tetel. Hal itu, menurutnya, agar anak selalu ingat dengan tanah airnya. Belum cukup itu, anak tujuh bulan itu dinaikkan ke tangga yang dari terbuat dari tebu wulung.
‘
“Naik tangga, agar ia mendapat kehidupan sukses dan dinamis setahap demi setahap,”
🙂 sip sip…
hansip yang mana nih yang dipanggil, lagi pada ronda semua
Hansip nye pade begadeng neh 😛 😀
mampir pagi kang
Sebelum bertugas..
memang bener Kang..
Tersaji bukan untuk dipuji…
tapi izinkan saya sejenak buat memuji rangkaian artikel ini yang telah menambah wawasan keilmuan saya tentang keberagaman budaya kita yang patut untuk dilestarikan agar nantinya anak cucu kita tidak cuman sekedar membacanya melalui sejarah.
Salam Taksim
semoga sukses selalu dengan artikel yang menambah wawasan.
Semoga terpatri sampai ke lubuk yang paling dalam ya, terimakasih kang Awan atas warnanya
Warna hijau muda nya 😀
dulu sarimin gak ada adat turun tanah…, di lempar ma bpk ke sungai malah pernah… 🙂
ga papa kalau sungainya sungai susu dan sungai cinta
Nampak kali kalo lagi kcilnye bandel 😀 😀
Memang rumahnya yang dipinggir kang, mungkin
Tradisi ini sangat artistik ya .. 😀
Hebat tuh orang dulu 😛
Iya, padahal dulu belum ada bangku sekolah adat
Selamat Pagi kunjjungi sahabat agar semangat dan ingat akan Selamat serta cepat semacam pesawat 😀 😀
dan jangan lupa sarapan, pakai urapan biar tampan
Mantap surantap dan sedap 🙂 🙂
Nikmat, sehat wal’afiat
Om,,Makasih emailnya 😛
Sangat luar biasa…
semoga bermanfaat
Sudah pasti Om…
kira2 apa ya maksudnya bayi di turunkan di tanah? apa supaya bayi cepat bisa jalan?
Salah satunya itu pak,
duh kok ya malunyaaaa … rumah saya yang deket ke Cirebon saja ya baru tahu ada acara ini dari blog ini.:(
Terima kasih sekali Mas atas infonya 🙂
sama-sama kang
mangtabs bang
kunjungan pagi hari
ini bagian kelimax dari episode turun tanah, bisa di jilid ini pak, untuk petunjuk SOP kelahiran bayi dan balita
“Naik tangga, agar ia mendapat kehidupan sukses dan dinamis setahap demi setahap,”
Sebuah tulisan yang sangat dalam makna filosofisnya
Salam sukses selalu
Bang Benyyyyyyyyy maap saya belum sempat berkunjung
Itulah yang membedakan bayi kita dan bayi di Eropah misalnya, adat istiadat ini sebenarnya memiliki nilai filsasat yang teramat tinggi dari para penggagas leluhur kita yang dimaksudkan untuk bisa menjadi pesan moral dikemudian hari, sayang kita sekarang kurang bisa menangkap makna2 tersebut, dan Blog ini telah banyak memberi kontribusi pada penggalian ulang makna makna tersebut agar difahami bersama,
trims atas pencerahannya, keep spirit kang, teruskan, lanjut gan untuk memberi pencerahan budaya nusantara
Terima kasih jeung atas supportnya, doakan ya semoga tidak menabrak pilar-pilar privasi narablog
Assalaamu’alaikum
Menarik sekali maklumat berhubung dengan tradisi bayi urun tanag 5 di atas, banyak pengetahuan yang menambah ilmu dan menunjukkan betapa budaya dan adat sesuatu tempat kaya dengan adatnya. Salam manis selalu kang Zipoer7.
eh bunda, kapan datang maap ya ga disuguhin makanan, nginap ya bund. nanti saya siapin gado-gado betawi xixixixi
salut sama wawasan sampean dalam hal adat dan budaya
terima kasih kang atas warnanya
happy new year ya mas, maaf baru bisa berkunjung, lama gak BW, tulisn ttg tradisi sudah tambah byk nih, keren. kalobisa ditulis sendiri mas, jadi buku *dulu udah usul yah*
sudah usul, tapi belum bisa-bisa nih bikin bukunya
salam kang…
selamat siang, semoga kang senantiasa diberi kesehatan dan kemudahan dalam segala hal.
tulisan yg menarik utnuk mangetahui tradisi2 yang ada di negeri kita… salam hangat… terus berkarya.
terima kasih bang Ahmad Farisi, mari sama berkarya kang dengan coraknya masing-masing agar dunia perblog_an semakin diatas melebihi twitter dan FB
Selamat sore Pak Zipoer…! Maaf baru berkunjung, lagi banyak kerjaan Pak… hi hi hi 😆
Sore juga pak, semoga lancar pak pekerjaannya
wew bisa jd referensi niy maklum ntar lagi nikah 😀
saya do’akan lancar kang
salam kenal ya kang adhit
Selamat sore Zipoer, senang bisa berkunjung kembali ke Web nya yang tetap konsisten menulis tentang beragam budaya di Indonesia, bahkan teman saya ketika menulis penelitiannya di Antropologi saya berikan advis untuk membaca blognya Zipoer, yang tentunya lengkap dan luar biasa.
Selamat sore bunda, wah senangnya dapat promosi dikalangan teman bunda Agnes, terima kasih ya bunda atas kunjungannya selama ini serta warnanya
Sebuah tradisi nan sejuk.
Kunjungan perdana bang, jangan ragu main ketempat saya.
Salam kenal..
ngga akan ragu, mari saling berkunjung
Blogwalking…
kok ada2 ea tradisi bayi kek ginian?? baru tau nich hehehe…di daerahq ndak ada kek gt 🙂
te2p smngat ea kang tuk ngeblogingna ^^
salam sayank
eeee mbak riyanti, tanks ah atas warnanya
Linknya sudah aku pasang bang.
Trim’s atas kunjungannya..
sama-sama
Kunjungan di sore hari ke rumah sahabatku….
Terima kasih kang Babesajabu atas kunjungan dan warnanya
Lapor menghadap kang.
Terima kasih kang, kunjungan dan warnanya
saia turun bero’ pak
😀
mas…saya suka takjub sendiri baca artikel2 di blog ini. Ga kebayang gimana caranya mendapatkan info tentang tradisi dari berbagai daerah dengan detil seperti yang mas Poer lakukan!
itukan berkat permintaan para sahabat dan dukungan sahabat juga, lewat email ada aja yang ngasih mbak
mas…boleh request yaaa? malu sebenarnya…sebagai orang bangka asli, saya sudah lama tidak melihat pernikahan yang menggunakan adat tradisi bangka. waktu saya nikah juga ga pake acara adat…terakhir lihat yang pake acara adat bangka tuh waktu sepupu saya nikah dan itu terjadi waktu saya masih SD…dah lama banget kan…kalo bisa tolong diulik dong tentang adat bangka ini…
Insya Allah saya cek di perpustakaan UI dulu ya
sungguh sebuah tradisi yg penuh arti.
memang negeri kita ini kaya dgn tradisi leluhur yang sangat beragam.
terima kasih utk info yg menarik dan menambah wawasan ini, Mas.
salam.
Bunda Lily, terimakasih atas kehadirannya dan warna yang diberikan menjadi kilauan tersendiri
Ping-balik: 9 Hari Pertama PATAS 2010 « Batavusqu
Ping-balik: Pengantar Puasa Senin Kamis « Batavusqu
Artikel yang komplit,menarik dan bermanfaat.
Saya juga menyelenggarakan acara turun tanah untuk cucu Bella.Asyik dan meriah serta bisa jadi bahan postingan.
Salam hangat dari Surabaya
Terima kasih pakde atas kehadiran dan warnanya
Ping-balik: Ritual Puasa Senin Kamis 1 « Batavusqu
Ping-balik: Ritual Puasa Senin Kamis 2 « Batavusqu
Ping-balik: Ritual Puasa Senin Kamis 3 (habis) « Batavusqu
Ping-balik: KutuBacaBuku di Batavusqu « Batavusqu
Ping-balik: Informasi Senjata, Gratisss ! « Batavusqu
Ping-balik: Golok bukan go! Blog « Batavusqu
Ping-balik: Kujang; Ajimat Raja Pasundan « Batavusqu
Ping-balik: Artikel Terunik Pertama Leysbook « Batavusqu
Ping-balik: Artikel Terunik Pertama Di Leysbook « Batavusqu
Ping-balik: Rencong Milik Aceh « Batavusqu
Ping-balik: Kode Etik Nara Blog (Blogger) « Batavusqu
Ping-balik: Celurit di mata Carok « Batavusqu
Ping-balik: Hadiah Terunik Akhirnya Terbit « Batavusqu
Ping-balik: Ceria bersama Si Bungsu « Batavusqu
Ping-balik: Gerbang Baru Mulai Terbuka « Batavusqu
Ping-balik: Kemeriahan Humberqu « Batavusqu
Ping-balik: Berburu Dengan Sumpit « Batavusqu
Ping-balik: Humberqu Jilid 1 « Batavusqu
Ping-balik: 3 Hari yang tertinggal « Batavusqu
Ping-balik: Jambore Bersama Bhirawa « Batavusqu
Ping-balik: Risalah Untuk Rusma « Batavusqu
Ping-balik: Reportase Kemeriahan Humberqu « Batavusqu
Ping-balik: Ayoo gerakkan tubuh sambut pagi ceria « Batavusqu
Ping-balik: Tradisi Aruh Baharin 1 « Batavusqu
Ping-balik: Aruh Baharin 2 (habis) « Batavusqu
Ping-balik: Permohonan Maap « Batavusqu
Ping-balik: Nilai-nilai Budaya Makassar 1 « Batavusqu
Ping-balik: Nilai-nilai budaya Makassar 2 « Batavusqu
Ping-balik: Nilai-nilai Budaya Makassar 3 (end) « Batavusqu
Ping-balik: Wisata Kuliner khas Makassar 1 « Batavusqu
Ping-balik: Wisata Kuliner Khas Makassar 2 « Batavusqu
Ping-balik: Wisata Kuliner Khas Makassar 3 (end) « Batavusqu
Ping-balik: Peduli Sahabat « Batavusqu
Ping-balik: Tali Asih dari Pakde Cholik « Batavusqu
Ping-balik: Penghuni Cempaka Mas Teler « Batavusqu
Ping-balik: Kupersembahkan untuk yang paling Sedjatee « Batavusqu
Ping-balik: Mengenang 64 Tahun Bandung Lautan Api « Batavusqu
Ping-balik: Jail ko tega sih « Batavusqu
Ping-balik: Mari Matikan Lampu Selama 60 Menit « Batavusqu
BID’AH – BID’AH
HE… HE… HE…
HARAM.. HARAM
TIDAK DICONTOHIN NABI
AWAS SIRIK
DAN JANGAN SIRIK
SESUNGGUHNYA SIRIK TANDA TAK MAMPU
Pinginnya sih mngadakan acara spt itu..
Tapi itu semua kan perlu biaya..
Gimana kalau ortu nya si bayi ternyata nggk mampu mengadakan acara tidak siten?
Ping-balik: Jakarta Kota Air (Bagian 2) habis « Batavusqu
Ping-balik: 3 Fasilitas Yang Mengganggu « Batavusqu
Ping-balik: Juri dapat cindra mata « Batavusqu
Ping-balik: Upacara Adat Pasola Sumba1 « Batavusqu
Ping-balik: Upacara Adat Pasola Sumba2 « Batavusqu
Ping-balik: Upacara Adat Bau Nyale1 « Batavusqu
Ping-balik: Upacara Adat Bau Nyale2 « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat tiwah « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat Molonthalo1 « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat Molonthalo2 « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat Mappassili « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat Mandi Tian Mandaring « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat 7 bulanan di Aceh « Batavusqu
Ping-balik: Upacara Adat Tingkeban « Batavusqu
Ping-balik: Upacara adat Mitoni « Batavusqu